Penyakit Guillain Barre Syndrome
Salah satu jenis penyakit langka yang belakangan ini mulai marak di Indonesia adalah Penyakit Guillain Barre Syndrome
(GBS) yang bisa membuat tubuh menjadi lemah dan kepekaan menjadi hilang
yang biasanya bisa disembuhkan dengan sempurna dalam hitungan minggu,
bulan maupun tahun.
Penyakit Guillain Barre Syndrome ditemukan oleh oleh Jean-Alexandre Barré, Georges Guillain, serta André Strohl
yang berhasil menemukan bahwa pada tahun 1916 ada 2 orang prajurit
perang yang menderita kelumpuhan karena adanya peningkatan produksi
protein pada cairan otak, yang bisa disembuhkan setelah menerima
perawatan secara medis. Penyakit ini dapat menjangkiti 1 dari 40.000
orang dalam setiap tahunnya.
Sebenarnya penyakit Guillain Barre Syndrome berasal dari
peradangan pada polineuropati demyelinasi akut yang bisa menyebabkan
kerusakan sel-sel saraf tanpa adanya penyebab-penyebab yang jelas.
Diagnosis GBS dapat dilakukan dengan cara menganalisa cairan organ
otak serta electrodiagnostic. Indikasinya adalah adanya peningkatan sel
darah putih pada cairan organ otak.
Sedangkan dengan cara menggunakan electrodiagnostic, bisa melalui pemeriksaan konduksi sel-sel saraf.
Berikut ini adalah karakteristik dari Penyakit Guillain Barre Syndrome diantaranya :
- Dapat menjangkiti semua umur mulai dari anak-anak hingga dewasa.
- Jarang sekali menjangkiti individu yang berusia lanjut.
- Kebanyakan ditemukan pada kaum pria.
- Bukanlah merupakan suatu penyakit keturunan.
- Tidak dapat menular lewat kelahiran, terjangkit atau terinfeksi dari pengidap GBS.
- Dapat muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah terjadi infeksi pada tenggorokan maupun usus.
Dalam kondisi kesehatan yang normal, tubuh akan menghasilkan
antibodi yang berfungsi untuk melawan zat-zat yang merusak tubuh maupun
saat tubuh terinfeksi penyakit karena adanya virus maupun bakteri.
Sedangkan pada penyakit Guillain Barre Syndrome, antibodi justru
menyerang sistem saraf tepi serta menyebabkan kerusakan pada sel-sel
saraf. Munculnya hal ini karena antibodi telah merusak selaput myelin
yang menyelubungi sel saraf atau demyelinasi.
Kerusakan yang ditimbulkan tersebut berdampak pada kelumpuhan motorik serta gangguan sensibilitas. Dan bila kerusakan terjadi hingga pada pangkal saraf maka dapat terjadi kelainan pada sumsum tulang belakang.
Guillain Barre Syndrome juga bisa mengakibatkan kelumpuhan otot-otot
pernapasan sehingga pengidapnya diharuskan untuk menggunakan alat bantu
pernapasan, terkena infeksi paru-paru serta sepsis atau peradangan
pasa seluruh tubuh karena adanya infeksi yang dapat menyebabkan
kematian.
Gejala yang muncul pada pengidap Guillain Barre Syndrome adalah
kehilangan sensitivitas, kesemutan, mati rasa, panas, maupun nyeri
dengan pola persebaran yang tidak beraturan serta dapat berubah-ubah.
Kelumpuhan pada pengidap Guillain Barre Syndrome umumnya
terjadi mulai dari bagian bawah ke atas maupun dari luar ke dalam
secara bertahap, namun dalam tenggang waktu yang bervariasi.
Pada pengidap Guillain Barre Syndrome yang parah bisa berdampak pada
bagian paru-paru serta melemahkan otot sistem pernapasan hingga
memerlukan ventilator agar si pasien dapat terus bertahan.
Kondisi ini dapat menjadi semakin parah karena kemungkinan terjadi
infeksi paru-paru karena akibat dari berkurangnya pertukaran gas serta
kemampuan membersihkan saluran pernapasan.
Kasus kematian umumnya terjadi karena adanya kegagalan pernapasan serta infeksi yang ditimbulkan penyakit ini.
Diagnosa GBS didapat dari riwayat kesehatan serta hasil test kesehatan baik secara fisik maupun test laboratorium.
Dari riwayat penyakit, obat-obatan yang pernah dikonsumsi, peminum
minuman beralkohol, infeksi yang pernah diderita maka dokter akan
menyimpulkan apakah pasien termasuk dalam daftar pasien GBS atau tidak.
Umumnya tanda melemahnya syaraf akan terlihat semakin parah dalam
waktu4 hingga 6 minggu. Beberapa pasien menjadi lemah dalam waktu yang
relatif singkay hingga pada kelumpuhan total dalam hitungan hari. Namun
situasi seperti ini akan sangat jarang sekali.
Pasien perlahan akan memasuki tahap tidak berdaya dalam hitungan
hari. Pada saat seperti ini umumnya pasien akan dianjurkan untuk
istirahat total di rumah sakit. Walaupaun dalam kondisi lemah, dokter
akan menganjurkan si pasien untuk selalu menggerakkan bagian-bagian
tubuh yang terserang agar menghindari adanya kaku otot.
Ahli Fisioterapi umumnya akan sangat dibutuhkan untuk melatih pasien
dengan terapi khusus serta akan memberikan pengarahan pada keluarga si
pasien untuk cara melatih pasien Guillain Barre Syndrome.
Pasien umumnya akan merasakan sakit yang akut saat terserang
Guillain Barre Syndrome. Terutama bagian tulang belakang serta lengan
dan kaki. Namun sebagian pasien tidak mengeluhkan rasa sakit yang signifikan meskipun mereka mengalami kelumpuhan yang parah.
Rasa sakit umumnya muncul dari pengbengkakan syaraf yang terserang
atau dari otot yang kehilangan suplai energy sementara atau dari posisi
tidur maupun duduk di pasien yang mengalami kesulitan untuk bergerak
maupun memutar tubuhnya ke posisi yang nyaman.
Umumnya dokter akan memberikan obat penghilang rasa sakit untuk
melawan rasa sakit serta memberikan terapi-terapi untuk merelokasi
bagian tubuh yang terserang dengan terapi khusus.
Umumnya pasien akan melemah dalam kurun waktu beberapa minggu, jadi
perawatan secara intensif akan sangat diperlukan pada tahap-tahap saat
Guillain Barre Syndrome mulai terdeteksi.
Sesuai dengan tahapan serta tingkatan kelumpuhan pasien maka dokter
akan menentukan apakah pasien membutuhkan perawatan di tuang ICU atau
tidak.
Ada sekitar 25% pasien pengidap Guillain Barre Syndrome akan
mengalami kesulitan seperti bernafas, kemampuan dalam menelan, maupun
susah batuk. Dalam kondisi tersebut, umumnya pasien akan diberkan alat
bantu pernafasan untuk membantu sistem pernafasan si pasien.
Setelah beberapa lama, kondisi seperti mati rasa akan
berangsur-angsur mulai membaik. Namun, pasien harus tetap ekstra
waspada karena hanya 80% pasien yang dapat sembuh secara total,
tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya.
Namun data statistik membuktikan bahwa rata-rata pasien akan membaik
dalam waktu sekitar 3 hingga 6 bulan. Pasien yang penyakitnya parah
akan menyisakan cacat pada bagian yang terserang paling parah, serta
memerlukan terapi yang cukup lama untuk mengembalikan fungsi dari otot
yang layu akibat GBS. Umumnya membutuhkan waktu maksimal sekitar 4
tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar